Monday, August 20, 2012

Senyawa Oksida

Oksida adaalah persenyawaan suatu unsur dengan oksigen. Oksigen dalam persenyawaan selalu bervalensi 2, maka rumus umum oksida-oksida tersebut adalah A2Ox, jika A adalah suatu unsur bervalensi x. Ada 5 macam oksida, diantaranya:
1. Oksida Basa, adalah suatu oksida logam yang dapat menghasilkan basa atau hidroksida bila oksida tersebut direaksikan dengan air. Contoh oksida basa atau oksida logam: Na2O, K2O, CaO, SrO, FeO, Fe23, ZnO, dan yang lainnya.
Kesimpulan: Oksida Basa  +  H2O  à  Basa
Meskipun dari semua oksida basa dikenal hidroksidanya yang bersangkutan, namun yang dapa bereaksi langsung dengan air hanya Na2O, K2O, CaO, SrO, dan BaO.
Tata Nama Oksida Logam, ada 2 jenis nama, yaitu sistem lama atau sistem akhiran i/o dan sistem baru atau sistem stock.
a. Sistem Lama. Nama logam ditulis dengan nama latin, diberi akhiran "o" jika valensi rendah, dan diberi akhiran "i" jika valensi tinggi, kemudian diikuti nama unsur oksigen (non logam lain) yang diberi akhiran "ida". Logam yang memiliki satu jenis valensi tidak perlu diberi akhiran. Contoh:
FeO       =   Fero-oksida
Fe23    =   Feri-oksida
Na2O     =   Natrium Oksida
b. Sistem Stock. Sistem ini yang sekarang dipakai secra Internasional sebab sistem lama ternyata menimbulkan berbagai masalah bagi logam-logam yang mempunyai lebih dari dua jenis valensi. Aturan penamaan: nama logam ditulis dengan nama umum, diikuti nomor valensi dengan angka romawi diantara dua kurung, kemudian diikuti nama unsur oksigen (non logam) yang diberi akhiran "ida". Logam yang hanya memiliki satu jenis tidak perlu menuliskan dengan angka valensi tersebut. Contoh:
SnO       =   Timah (II) oksida
SnO­2      =   Timah (IV) oksida
Na2O     =   Natrium Oksida
Perlu diketahui bahwa tidak semua oksida basa adalah oksida logam, tetapi hanya pada umumnya oksida basa adalah oksida logam.

2. Oksida Asam, adalah oksida non logam yang dapat menghasilkan asam bila direaksikan dengan air. Contoh oksida asam: CO2, SO2, SO3, P2O3, P2O5, N2O3, N2O5, dan yang lainnya.
 Kesimpulan: Oksida Asam  +  H2O  à  Asam

Tata Nama Oksida Non Logam
a. Sistem Lama. Nama unsur non logam pertama disebut terlebih dahulu, diikuti nama unsur oksigen atau unsur non logam kedua dan diberi akhiran "ida" (oksida non logam kedua). Unsur non logam pertama jika lebih dari satu harus diberi awalan: (2) di; (3) tri; (4) tetra; (5) penta; (6) heksa; (7) hepta; (8) okta; (9) nona;  (10) deka. Unsur oksigen (non logam kedua) walalupun jumlahnya hanya satu harus diberi awalan: (1) mono, begitu pula jika jumlahnya lebih dari satu harus diberi awalan seperti unsur non logam pertama. Contoh:
CO2    =   Karbon dioksida
 SO3    =  Belerang trioksida
 P2O3  =  Diposfor trioksida
b. Sistem Stock. Nama unsur non logam ditulis dengan nama umum, diikuti nomor valensi dengan angka romawi diantara dua kurung, kemudian diikuti nama unsur oksigen (non logam) yang diberi akhiran "ida". Contoh:
NO2     =  Nitrogen (IV) oksida
N2O3   =  Nitrogen (III) oksida
P2O5   =  Posfor (V) oksida
Perlu diketahui bahwa tidak semua oksida asam adalah oksida non logam, tetapi hanya pada umumnya oksida asam adalah oksida non logam.

3. Oksida Amfoter,  ialah suatu oksida logam atau oksida metaloida yang dapat bersifat baik sebagai oksida basa, maupun sebagai oksida asam.  Senyawa oksida yang termasuk oksida amfoter adalah : ZnO, PbO, SnO, SnO­2, Al2O3, Cr2O3, As2O­3, As2O5, Sb2O3, Sb2O5 . Karena oksida-oksida tersebut bersifat amfoter maka basa atau asamnya yang bersangkutan juga bersifat amfoter yaitu hidroksida-hidroksida amfoter dan asam-asam amfoter. Berikut adalah tabel oksida-oksida amfoter dengan masing-masing asam dan basanya.
Oksida Amfoter
Asam Amfoter
Basa Amfoter
ZnO
H2ZnO­2
Zn(OH)2
PbO
H2PbO­2
Pb(OH)2
SnO
H2SnO­2
Sn(OH)2
SnO2
H2SnO3
Sn(OH)4
Al2O3  
H3AlO­3
Al(OH)3
Cr2O3
H3CrO­3
Cr(OH)3
As2O­3
H3AsO­3
As(OH)3
As2O5
H3AsO4
As(OH)5
Sb2O3
H3SbO3
Sb(OH)3
Sb2O5
H3SbO­4
Sb(OH)5

4. Oksida Indifferen, adalah suatu oksida logam atau oksida non logam yang bukan tergolong oksida basa dan bukan pula oksida asam. Senyawa oksida yang termasuk oksida indifferen adalah: H2O, CO, N2­O, NO, NO2, N2O4, MnO2, PbO2, Pb3O4.

5. Oksida Lain
PEROKSIDA adalah suatu oksida logam yang dianggap terbentuk dari hidrogen peroksida (H2O2) jika semua atom H dari hidrogen peroksida itu diganti dengan sejenis atom logam. Ciri senyawa peroksida yaitu kelebihan satu atom oksigen bila dibandingkan dengan senyawa oksida biasa. Hal ini menyebabkan biloks O = -1. Contoh senyawa peroksida: 
H2O2     =  Hydrogen peroksida
Na2O2  =  Natrium peroksida
MgO2   =  Magnesium peroksida
K2O2    =  Kalium peroksida
CaO2    =  Kalsium peroksida
BaO2    =  Barium peroksida

MnO2 dan PbO2 bukan suatu peroksida, tetapi suatu dioksida.

SUPEROKSIDA adalah duatu oksida logam yang jumlah oksigennya lebih satu dibandingkan dengan senyawa peroksida. Contoh senyawa superoksida:
NaO2   =    Natrium superoksida
KO2     =    Kalium superoksida
MgO3   =   Magnesium superoksida
CaO3    =   Kalsium superoksida
BaO3    =   Barium superoksida

OKSIDA CAMPURAN adalah suatu oksida logam yang merupakan campuran dua macam senyawa. Contoh:
Fe3O4, campuran FeO dengan Fe23
Pb34, campuran PbO dengan PbO2 

Daftar Pustaka:
Nuryati, Leila Dra, Kartini, Tin Ir. 2011. KIMIA DASAR. Bogor. Kementrian Perindustrian Pusdiklat Industri SMAKBo.

Maaf bila ada kekurangan dan salah pengertian. Kritik dan saran dipersilahkan~
Terima Kasih J